FUNGSI CHEMORESEPTOR PADA LOBSTER
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Lobster mempunyai sifat alami yakni aktif pada
malam hari. Siang hari lobster menyembunyikan diri ditempat yang teduh atau
berlumpur. Namun bila keadaan siang tidak terlalu terik lobster akan aktif
mencari makan. Gerakkan mereka yang rupa-rupanya dengan alat tertentu tanpa
sebab. Gerakkan chemoreseptor pindah
tempat pada lobster berlangsung dengan dua cara yaitu berjalan dan berenang.
Lobster biasanya dapat berjalan kesegala arah biasanya ke depan, belakang,
samping, serong atau mundur, baik pada saat istirahat maupun bergerak.
Keseimbangan tubuhnya tidak stabil dan harus dipertahankan dalam posisi normal
dengan usahanya sendiri, yang dibantu oleh statocyt.
Persinggungan statocyt
dirambut-rambut merupakan stimulus yang menyebabkan hewan bertahan pada posisi
normal (Radiopoetra, 1977).
Chemoreceptor
merupakan alat yang digunakan untuk menerima energi dalam jumlah yang sangat
kecil dalam bentuk tertentu dan meneruskan sistem informasi tersebut ke sel
syaraf. Organ-organ indera memiliki struktur yang khusus tidak hanya pada
sel-sel reseptor saja, tetapi ada jaringan yang menunjang dan melindungi
sel-sel reseptor dan membantu menentukan arah isyarat serta mengontrol
intensitas isyarat yang sampai pada reseptor. Chemoreceptor juga terlihat dalam
perburuan mangsa bagi karnivora dan dalam pendeteksian keberadaan mangsanya.
Hanya dengan stimulus berupa gas berkonsentrasi rendah, chemoreseptor telah
dapat mengenali (Ville et al., 1988).
Mekanisme stimulus
yang sampai ke lobster dan diterima oleh organ chemoreseptor adalah senyawa
yang terkandung dalam pakan yang dimasukkan ke dalam air akan berdifusi dalam
air menjadi bentuk-bentuk ion-ion, sehingga menimbulkan aroma yang khas bagi lobster.
Rangsangan ini diterima oleh chemoreseptor melalui antenula dan ditransformasi
ke otak oleh neuron efferent, kemudian otak akan memprosesnya menjadi tanggapan
yang kemudian akan diteruskan ke organ melalui neuron afferent, selanjutnya
organ reseptor melakukan gerakan sesuai informasi dari otak. Berdasarkan
mekanisme ini dapat diketahui bahwa organ chemoreseptor udang terletak pada
antenulla yang berfungsi untuk merespon kehadiran pakan yang beraroma khas
sebagai stimulus zat kimia (Roger, 1978).
1.2 Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui fungsi-fungsi chemoreseptor pada lobster.
II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
Alat-alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah akuarium kecil, stop watch, senter, bak
preparat dan gunting kecil.
Bahan yang digunakan adalah pakan berupa pelet dan lobster sebanyak 3 ekor.
2.2 Cara Kerja
1.
Akuarium diisi air secukupnya.
2.
Dilakukan ablasi pada lobster.
3.
Lampudimatikan dan lobster dimasukkan ke dalam
akuarium.
4.
Pelet atau makanan dimasukkan kedalam akuarium
5.
Diamati selama 2 x 10 menit gerakkan yang dilakukan
lobster.
6.
Didata dan dimasukkan kedalam tabel.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Pengamatan Chemoreseptor pada Lobster
Perlakuan
|
Waktu
|
Flicking
|
Withdraw
|
Rotation
|
Wipping
|
Mendekati Pakan
|
Ablasi
Normal
|
10’
(I)
|
1’ 6”
1’ 53”
4’ 21”
6’ 14”
8’ 48”
9’ 3”
9’ 12”
|
15”
40”
7’ 4”
8’ 5”
8’ 14”
8’ 55”
|
28”
3’ 43”
9’ 20”
|
1’ 35”
2’ 37”
4’ 55”
5’ 21”
8’ 24”
|
31”
1’ 13”
2’ 14”
3’ 8”
6’ 40”
|
10’
(II)
|
19”
1’ 33”
2’ 22”
3’ 37”
4’ 36”
5’
6’ 7”
6’ 50”
|
42”
1’ 52”
3’ 7”
4’ 55”
6’ 12”
6’ 54”
7’ 5”
9’ 35”
|
9”
2’ 33”
4’ 26”
4’ 43”
5’ 10”
5’ 20”
5’ 59”
6’ 32”
7’ 24”
7’ 35”
7’ 50”
8’ 15”
8’ 41”
9’ 14”
|
3’ 47”
3’ 54”
4’ 3”
5’ 46”
8’ 25”
8’ 53”
|
4’ 10”
8’ 30”
|
|
Ablasi
Total
|
10’
(I)
|
3’ 30”
7’ 17”
|
||||
10’
(II)
|
||||||
Ablasi
Mata
|
10’
(I)
10’
(II)
|
14”
14”
14”
3’ 56”
4’ 5”
5’ 37”
6’ 41”
7’ 36”
8’ 47”
8’ 57”
9’ 20”
9’ 40”
|
6’ 48”
8’ 31”
|
|||
59”
1’ 20”
1’ 56”
2’ 7”
2’ 53”
3’ 23”
3’ 37”
4’ 13”
4’ 32”
6’ 59”
7’ 34”
8’ 38”
08.44”
8’ 50”
9’ 21”
9’ 43”
9’ 48”
|
7’ 51”
|
|||||
Ablasi
Antenula
|
10’
(I)
|
4’ 2”
6’ 31”
7’ 54”
9’ 1”
|
||||
10’
(II)
|
3.2 Pembahasan
Praktikum yang dilakukan yaitu dengan
memberikan perlakuan yang berbeda pada setiap lobster yang akan diuji fungsi
chemoreseptornya. Empat perlakuan yang dilakukan, yaitu udang normal (kontrol),
udang dengan ablasi mata, udang dengan ablasi antennula, dan udang dengan
ablasi total (mata dan antennula) yang diuji fungsi chemoreseptornya selama 10
menit pertama dan 10 menit kedua. Setiap perlakuan yang dikenakan pada lobster
menghasilkan respon gerak yang berbeda-beda. Gerakan antennula yang
paling banyak yaitu pada udang normal (kontrol). Hal ini terjadi karena
keadaan fisologi udang yang masih sehat (tanpa ablasi). Gerakan antennula yang
dihasilkan berupa gerak flicking, wipping, rotation dan withdraw. Perlakuan
dengan ablasi total menyebabkan lobster menjadi stress, karena kondisi lobster
yang kehilangan mata dan antennula sebagai organ penting. Menurut Horner et
al., (2004), kemampuan untuk mendeteksi dan mengetahui lokasi sumber
makanan dengan rangsangan kimia dari jarak jauh, merupakan proses yang penting
untuk kehidupan bentuk seperti lobster. Antennula dibutuhkan untuk mencari lokasi
atau tempat sumber makanan. Setiap antennula tersusun dari 4 segmen dan
terbagi pada bagian distal yang bercabang menjadi flagellum lateral dan
flagellum medial. Setiap flagellum tersusun dari antennula yang menghubungkan
antara chemosensory dan mechanosensory.
Hasil percobaan yang dilakukan, pada
perlakuan 10 menit pertama pada; ablasi mata : terjadi 12 kali gerakan
flicking, 2 kali mendekati pakan; ablasi normal: 7 kali gerakkan flicking, 6
kali gerakan withdraw, 3 kali gerakan rotation, 5 kali gerakkan wipping, 5 kali
mendekati pakan; ablasi total terjadi gerakkan 2 kali mendekati pakan; ablasi
antenulla: terjadi gerakkan 4 kali mendekati pakan. Perlakuan pada 10 menit
kedua pada; ablasi normal: terjadi 8 kali gerakkan flicking dan withdraw, 14
kali gerakkan rotation, 6 kali gerakkan wipping, dan 2 kali gerakkan mendekati
pakan; ablasi total: tidak terjadi gerakkan apa-apa lobster diam saja; ablasi
mata: terjadi gerakkan 12 kali flicking, 1 kali withdraw; ablasi antennula
tidak terjadi gerakkan apa-apa. Ablasi antennula dan ablasi total, jarang
bahkan tidak terjadi gerakan antennula
karena antennula telah dipotong. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh
(Radiopoetro,1977), bahwa perlakuan ablasi total dan antennula, tidak terjadi
gerakan karena organ yang berfungsi sebagai reseptor telah hilang. Lobster yang
responsive terhadap pakan adalah pada lobster ablasi normal. Hal itu tidak
sesuai dengan pustaka. Menurut Storer (1975), yang menyatakan bahwa antennula
pada udang galah (lobster) merupakan struktur sensor yang dapat bergerak untuk
mencari perlindungan, makan, dan mencari pasangan serta menghindari predator.
Lobster yang tidak diberi perlakuan
ablasi antennula akan berespon terhadap pakan, karena fungsi dari antennula
tersebut akan hilang jika dilakukan ablasi atau pemotongan salah satu organ
tertentu. Fungsi dari antennula yaitu menangkap stimulus kimia berupa pheromon
dari hewan lawan jenis (Roger, 1978), juga untuk mengetahui posisi tubuh (Ache,
1975).
Lobster dilengkapi dengan
organ yang berfungsi untuk mencari makan. Udang mempunyai 3 organ
reseptor yang utama, yaitu antennula bagian medial dan lateral serta segmen
dactylus propondus dari kaki jalan yang secara fisiologis hampir sama. Organ
tersebut berfungsi untuk merasa dan membau. Terdapat 2 pasang kaki jalan
yang pertama serta reseptor bagian antennula lateral yang tidak dilengkapi
dengan bulu eathethaces mempunyai fungsi dalam orientasi secara kimia.
Bagian antenna dan antennula disekitar mulut lobster biasanya ditutupi oleh rambut-rambut halus yang berfungsi
sebagai alat penciuman (Devine dan Jelle, 1982). Indera peraba lobster
sangat penting peranannya dalam berbagai kegiatan, misalnya dalam menemukan
makanannya dan menghindari rintangan. Indera peraba terletak di rambut-rambut
khusus pada berbagai tempat pada tubuhnya. Indera penglihatan mungkin
peranannya sangat kecil karena mata faset hampir tidak berfungsi untuk mengenal
bentuk kecuali untuk mengenal sesuatu yang bergerak. Lobster tidak bereaksi terhadap
gelombang suara. Lobster
sukar membedakan reaksi pengecap dan bau yang disebut chemoreseptor yang
tersebar di seluruh tubuh (Radiopoetro, 1977).
Antennula pendek dan antennula panjang
adalah struktur gerakan sensoris yang berfungsi untuk menguji dan menerima
rangsang dari lingkungan. Rahang bawah yang kuat untuk menghancurkan makanan.
Antena tidak memiliki setae chemosensory khusus sedangkan antennula dengan
fungsinya yang lebih kompleks memiliki deret-deret setae chemosensory khusus
yang berguna untuk mencari jejak sinyal kimia dari makanan lawan jenis dan
lingkungannnya (Eckert, 1978). Snow (1973) menyatakan bahwa antennula merupakan
alat peraba yang digunakan untuk mendeteksi makanan dan merupakan organ yang
paling penting dalam fungsi chemoreseptor pada lobster. Sependapat dengan yang disampaikan
Penalva-Arana (2009), bahwa chemoreseptor adalah organ vital bagi semua hewan,
namun hanya sedikit yang diketahui tentang mekanisme genetik pada organisme
akuatik.
Pearson (1979), menyatakan bahwa cepat
lambatnya deteksi pakan dipengaruhi oleh keadaan fisiologi lobster, keadaan
lingkungan, faktor kimia, tekanan osmosis, dan cahaya. Mata pada udang
tidak berfungsi untuk mengenal bentuk, tetapi untuk mengenal sesuatu yang
bergerak (Radiopoetro, 1977). Pakan yang diberikan berpengaruh terhadap cepat
lambatnya respon. Semakin banyak pakan semakin cepat molekul kimia pakan
berdifusi, sehingga semakin cepat stimulus tersebut direspon lobster. Antenula
udang sangat sensitif terhadap aroma dari molekul kimiawi yang dikeluarkan
pakan. Rangsang yang berupa aroma pakan diterima antenula yang di dalamnya
terdapat rambut-rambut sensori yang berfungsi sebagai reseptor. Reseptor akan
menerima dan mengirimkan rangsangan melalui urat syaraf dan tanggapan akan
diberikan oleh alat tubuh yang disebut efektor (Saktiyono, 1989). Intranasal trigeminal serat tidak
hanya menengahi somatosensori seperti sentuhan, suhu, dan rasa sakit tetapi
juga responsif terhadap bahan-bahan kimia stimuli. Komponen yang menentukan chemoreception menggunakan pencitraan kalsium dalam pemeriksaan
respon terisolasi (Brian,
2008). Cherax sp. terdapat banyak
dikolam-kolam, empang, saluran, dan lain-lain takungan air tawar. Sebagai
organisma mampu ujian ketoksikan mempunyai ciri-ciri penting dan mudah di
dapati di sistem air tawar, pengelolaan yang mudah semasa ujian ketoksikan dan
persampelan secara sensitif.
Udang atau lobster dalam air paip nyah
klorin mempunyaifaktor kemandirian yang tinggi sepanjang eksperimen dijalankan (Shuhaimi et
al., 2009).
Mekanisme
chemoreseptor pada Crustacean yaitu stimulus
dimulai dari pakan yang diberikan atau dimasukan ke akuarium kemudian berdifusi ke dalam air dalam bentuk ion-ion yang akan diterima
oleh sel khusus chemoreseptor yang terdapat dalam antennula. Impulls dari antennula akan ditransfer menuju otak melalui neuron afferent. Impulls itu
diproses oleh otak menjadi tangkapan dan diteruskan ke organ reseptor melalui
neuron afferent. Organ reseptor kemudian melakukan gerakan sesuai informasi
yang diterima otak dan terjadilah gerakan yang mendekati dan memakan pakan yang
disediakan dalam akuarium tersebut (Storer, 1975).
Secara umum
fungsi chemoreceptor pada lobster (Cherax sp.) menurut Green (1967), adalah sebagai berikut :
1.
Sebagai indera pembau.
2. Berperan dalam mencari dan menemukan
makanan.
3. Untuk mengetahui posisi tubuh.
4. Sebagai media komunikasi antar hewan yaitu
menangkap stimulus kimia berupa feromon dari hewan lawan jenis.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Chemoreseptor
pada lobster berfungsi untuk mengenal stimulus
yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh atau mendeteksi dan mengetahui
adanya makanan, dan tempat hidupnya, dan juga dipakai untuk mengenal satu sama
lain dengan menunjukkan tingkah laku masak kelamin (malting), dan mendeteksi
adanya.
2.
Gerakan
yang dapat dilakukan lobster dalam mendeteksi adanya stimulus
yaitu dengan melakukan gerakan flicking, wipping, withdraw, rotation, dan
mendekati pakan.
DAFTAR REFERENSI
Ache, B.W. 1975. Antenular Mediated Host Location by Symbiotic
Crustaceans Mar Behaviour Physiology. The Mac Millan Company. New York.
Brian D. Gulbransen, Tod R. Clapp, Thomas E.
Finger, and Sue C. Kinnamon. 2008. Nasal Solitary
Chemoreceptor Cell Responses to Bitter and Trigeminal Stimulants In Vitro.
Journal Neurophysiol. Vol. 99 : 2929-2937.
Devine,
D.V. and A. Jelle. 1982. Fungtion of Chemoreceptor Organs in Spartial
Orientation of Lobster. Boston University Marine Program. Boston.
Eckert,
R. 1978. Animal Physiology. Freeman Company. San Fransisco.
Green,
I. 1967. A Biology of Crustaceae. H. F. and Hither by LTD. New York.
Horner,
A.J., M.J. Weissburg and C.D. Derby. 2004. Dual antennular Chemosensory Pathway
Can Mediate Orientation by Caribbean Spiny Lobsters in Naturalistic Flow
Conditions. The Journal Experimental Biology. Vol. 207: 3785-3796.
Pearson,
W.H. 1979. The Sords for Depoetion and Behaviour in The Wungenes Crabs Marine
Researsh Laboratory. Squim. USA.
Penalva-Arana,
D. Carolina. 2009. The chemoreceptor genes of the waterflea Daphnia pulex:
many Grs but no Ors. BMC Evolutionary Biology. USA.
Radiopoetro.
1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Roger,
W. 1978. Physiology of Animal. Prentice-Hall Inc. New Jersey.
Saktiyono,
1989. Biologi. Intan Pariwara. Klaten.
Shuhaimi-Othman. M, Y. Nadzifah, R. Nur-Amalina and A. Ahmad. 2009.
Ketoksikan Logam
Kuprum dan Nikel Terhadap Udang Air
Tawar Macrobrachium lanchesteri.
Sains Malaysiana. Vol. 38 (3) : 353-358.
Snow,
P.J. 1973. The Antenulla Activities of The Hermit Crab. Paguruan Alaskenso
Zoology Departement University of Albareta. Canada.
Storer,
T.I. 1975. General Zoology. Mc Graw Hill Book Company. New York.
Ville,
C.A, W.F. Walter and R.D. Barnes. 1988. General Zoology. WB. Saunders Company,
Inc. London.
No comments:
Post a Comment