MAKALAH
SEJARAH
KEHIDUPAN PADA MASA PRAAKSARA DI INDONESIA
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………..….…x
BAB I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang…..……………………………………………………xi
1.2
Rumusan permasalahan………………………………………………xi
1.3
Tujuan……………………………………………………………...…xi
https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwjp8OSUiIDkAhWWXisKHfnFDTEQjRx6BAgBEAQ&url=https%3A%2F%2Fwww.berpendidikan.com%2F2017%2F05%2Fmasa-prasejarah-dan-praaksara-di.html&psig=AOvVaw2J3hCiEnndACRyurR-wJb1&ust=1565793142581428
BAB II Isi
2.1 Masa Perkembangan Zaman di Bumi…...……………………………1
2.2 Pola Hunian Manusia Praaksara…….…………………………..……4
2.3 Perkembangan Kehidupan Manusia Praaksara……………………….9
2.4 Sistem Kepercayaan Manusia Praaksara…………………………….16
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..21
3.2 Saran……………………………………………………………………………….22
Kata Pengantar
Puji syukur
kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat dan rahmat- Nya kami
dapat menyelesaikan tugas Sejarah “Pola Hunian Masyarakat Praaksara” ini dengan
baik.
Tugas ini
dibuat untuk memenuhi tugas yang telah diberikan dan untuk menambah wawasan
bagi para pembacanya.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Selaku
guru Sejarah yang telah membimbing kami dalam mengerjakan tugas ini.
2) Orangtua
dan teman-teman yang telah memberi semangat dan bantuan kepada kami dalam
mengerjakan tugas ini.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk lebih
baik lagi dalam tugas kedepannya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkenan membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis
X
BAB I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan
mengalami kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara
berpikir manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak
akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa
kita. Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem
pendidikan yang mapan. Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita
berpikir kritis, kreatif, dan produktif.
1.2
Rumusan Permasalahan
1.
Bagaimana masa perkembangan zaman
di bumi?
2.
Bagaimana pola hunian manusia pada
masa praaksara?
3.
Bagaimana kehidupan manusia pada
masa praaksara?
4.
Apa yang dianut manusia dalam
meyakini kepercayaan mereka?
1.3
Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun
dengan tujuan untuk mengetahui:
1.
Masa perkembangan zaman di bumi
2.
Pola hunian manusia pada masa
praaksara
3.
Kehidupan manusia pada masa
praaksara
4.
Sistem keyakinan dan kepercayaan
manusia pada saat itu
Xi
BAB II
ISI
KEHIDUPAN PADA MASA PRAAKSARA DI
INDONESIA
2.1 Masa
Perkembangan Zaman di Bumi
1. Zaman Arkeozoikum
Zaman
Arkeozoikum merupakan zaman tertua, berlangsung kira-kira 2.500 juta tahun yang
lalu. Pada masa itu bumi dalam proses pembentukan, permukaan bumi masih sangat
panas sehingga belum terdapat makluk hidup yang tinggal di bumi.
2. Zaman Paleozoikum
Disebut
juga sebagai zaman primer, berlangsung kira-kira 340 juta tahun yang lalu.
Zaman ini ditandai dengan terjadinya penurunan suhu yang amat derastis di
1
bumi, bumi
mendingin. Pada masa inilah makluk hidup
pertama kali
diperkirakan muncul, yaitu makluk bersel satu dan tidak bertulang belakang
seperti bakteri, serta sejenis amfibi.
3. Zaman Mesozoikum
Disebut
juga sebagai zaman sekunder, berlangsung kira-kira 140 juta tahun yang lalu.
Zaman ini ditandai dengan munculnya hewan-hewan reptile besar (dinosaurus) oleh
karena itu zaman ini disebut juga zaman reptile.
2
4. Zaman Neozoikum
Berlangsung
kira-kira 60 juta tahun yang lalu. Kehidupan di
ini mulai stabil, berkembang dan beragam. Zaman ini di bagi menjadi
beberapa:
a. Zaman
Tersier, ditandai dengan mulai berkurangnya hewan-hewan besar. Telah memeiliki
berbagai jenis binatang menyusui, diantaranya kera dan monyet.
b. Zaman
Sekunder, ditandai dengan munculnya tenda-tanda kehidupan manusia purba. Zaman
ini dibagi kembali menjadi 2 zaman yaitu:
1) Zaman
Pleistosen/dilivium (zaman es/glasial), masa ini ditandai mulai mencairnya es
di kutub utara karena perubahan iklim. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang
lalu. Pada masa inilah kehidupan manusia mulai
3
ada.
Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu.
2) Zaman
Holosen/alluvium, masa ini ditandai dengan munculnya hamo sapiens, merupakan
nenek moyang manusia modern saat ini. Masa ini berlangsung sekitar 20.000 tahun
yang lalu.
2.2 Pola Hunian
Manusia Praaksara
Pola
hunian manusia purba memiliki dua karakter khas, yaitu :
(a)
Kedekatan dengan Sumber Air
Air
merupakan kebutuhan pokok mahkluk hidup terutama manusia. Keberadaan air pada
suatu lingkungan mengundang hadirnya berbagai binatang untuk hidup di
sekitarnya. Begitu pula dengan tumbuhan. Air memberikan kesuburan pada tanaman.
4
(b)
Kehidupan di Alam Terbuka
Pola
hunian itu dapat dilihat dari letak geografisnya situs-situs serta kondisi
lingkungannya. Beberapa contoh yang menunjukkan pola hunian seperti itu adalah
situs-situs purba
disepanjang
aliran sungai bengawan solo (sangiran, sambung macan, trinil , ngawi, dan ngandon),
merupakan contoh dari adanya kecendrungan hidup dipinggir sungai. Manusia purba
pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan selalu berpindah-pindah mencari
daerah baru yang dapat memberikan makanan yang cukup.
1. Pola Kehidupan Nomaden
Nomaden
artinya berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Kehidupan
masyarakat pra aksara sangat bergantung kepada alam. Bahkan, kehidupan mereka
tidak seperti kelompok hewan, karena bergantung pada apa yang disediakan alam.
Pada
masa nomaden, masyarakat praaksara telah mengenal kehidupan berkelompok. Jumlah
anggota dari setiap kelompok sekitar 10-15 orang. Ciri – ciri kehidupan
masyarakat nomaden adalah sebagai berikut:
·
Selalu berpindah dari satu tempat
ke tempat yang lain,
·
Sangat bergantung pada alam,
·
Belum mengolah bahan makanan,
·
Hidup dari hasil mengumpulkan bahan
makanan dan berburu
5
·
Belum memiliki tempat tinggal yang
tetap,
·
Peralatan hidup masih sangat
sederhana dan terbuat dari batu atau kayu.
2.
Pola Kehidupan Semi Nomaden
Terbatasnya,
kemampuan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat menuntut setiap
manusia untuk merubah pola kehidupannya. Oleh karena itu, masyarakat praaksara
mulai merubah pola hidup secara nomaden menjadi semi nomaden. Kehidupan semi
nomaden adalah pola kehidupan yang berpindah – pindah dari satu tempat ke
tempat yang lain, tetapi sudah disertai dengan kehidupan menetap sementara. Hal
ini berkaitan dengan kenyataan bahwa mereka sudah mulai mengenal cara – cara
mengolah bahan makanan.
Pola
kehidupan semi nomaden ditandai dengan ciri – ciri sebagai berikut:
·
Mereka masih berpindah – pindah
dari satu tempat ke tempat lain;
·
Mereka masih bergantung pada alam;
·
Mereka mulai mengenal cara – cara
mengolah bahan makanan;
6
·
Mereka telah memiliki tempat
tinggal sementara;
·
Di samping mengumpulkan bahan
makanan dan berburu, mereka mulai menanam berbagai jenis tanaman;
·
Sebelum meninggalkan suatu tempat
untuk berpindah ke tempat lain, mereka terlebih dahulu menanam berbagai jenis
tanaman dan mereka akan kembali ke tempat itu, ketika musin panen tiba;
·
Peralatan hidup mereka sudah lebih
baik dibandingkan dengan peralatan hidup masyarakat nomaden;
·
Di samping terbuat dari batu dan
kayu, peralatan itu juga terbuat dari tulang sehingga lebih tajam.
3.
Pola Kehidupan Sedenter (Menetap)
Kehidupan
masyarakat pra aksara terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakatnya. Dengan
demikian,
pola kehidupan semi nomaden dapat dikatakan kurang efektif dan efisien. Oleh
karena itu, muncul gagasan untuk mengembangkan pola kehidupan yang menetap.
Itulah, konsep dasar yang mendasari perkembangan kehidupan masyarakat praaksara.
7
Pola
kehidupan menetap memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan, di antaranya:
·
Setiap keluarga dapat membangunan
tempat tinggal yang lebih baik untuk waktu yang lebih lama;
·
Setiap orang dapat menghemat tenaga
karena tidak harus membawa peralatan hidup dari satu tempat ke tempat lain;
·
Para wanita dan anak – anak dapat
tinggal lebih lama di rumah dan tidak akan merepotkan;
·
Wanita dan anak – anak sangat merepotkan,
apabila mereka harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain;
·
Mereka dapat menyimpan sisa – sisa
makanan dengan lebih baik dan aman;
·
Mereka dapat memelihara ternak
sehingga mempermudah pemenuhan kebutuhan, terutama apabila cuaca sedang tidak baik;
·
Mereka memiliki waktu yang lebih
banyak untuk berkumpul dengan keluarga, sekaligus menghasilkan kebudayaan yang
bermanfaat bagi hidup dan kehidupannya;
·
Mulai mengenal sistem astronomi
untuk kepentingan bercocok tanam;
·
Mereka mulai mengenal sistem kepercayaan.
Dilihat
dari aspek geografis, masyarakat praaksara cenderung untuk hidup di daerah
lembah atau sekitar sungai dari pada di daerah pegunungan. Kecenderungan itu
didasarkan pada beberapa kenyataan, seperti:
8
·
Memiliki struktur tanah yang lebih
subur dan sangat menguntungkan bagi kepentingan bercocok tanam;
·
Memiliki sumber air yang baik
sebagai salah satu kebutuhan hidup manusia
·
Lebih mudah dijangkau dan memiliki
akses ke daerah lain yang lebih mudah
2.3 Perkembangan
Kehidupan Manusia Praaksara
A. Masa
berburu dan mengumpulkan makanan
9
Tingkat
sederhana
Masa
berburu dan mengumpulkan makanan yaitu masa di mana manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan berburu dan mencari makanan dari hasil-hasil hutan.
Atau disebut food gathering.
Ciri-ciri:
a. Tidak
memiliki tempat tinggal yang pasti karena hidupnya berpindah-pindah (nomaden).
Hal ini dikarenakan manusia masih sangat tergantung dari alam.
b. Dalam
berkomunikasi mereka menggunakan bahasa yang masih sangat sederhana.
c.
Masyarakat masa ini telah menemukan cara membuat api.
d. Hidup
dalam kelompok-kelompok antara 10 sampai 15 orang.
e.
Perkembangan kebudayaannya masih sangat lambat karena masa berburu dan
mengumpulkan makanan ini keadaan alam masih labil dan liar.
f.
Terdapat pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin.
g. Manusia
masa ini sudah memilih hewan dan tumbuhan yang menjadi bahan makanannya.
h.
Masa ini terjadi pada zaman palaeolitikum.
i. Manusia
pendukungnya antara lain Pithecanthropus erectus, Pithecanthropus soloensis,
dan Homo wajakensis.
10
Peralatan:
a. Kapak
perimbas digunakan untuk merimbas kayu, menguliti binatang, dan memecah tulang.
b.
Alat serpih digunakan sebagai gurdi, penusuk dan pisau.
c. Kapak
genggam digunakan untuk menggali ubi dan memotong daging binatang buruan.
d. Mata
tombak digunakan untuk berburu dan menggali ubi.
e.
Tangkai tombak.
Tingkat
Lanjut
Corak
kehidupan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut masih
dipengaruhi oleh corak kehidupan pada masa sebelumnya, yaitu masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat sederhana.
Ciri-ciri:
1.
Dalam Bidang Ekonomi
a. Masih
berburu binatang di hutan dan mengumpulkan makanan berupa umbi-umbian,
buah-buahan, biji-bijan, daun-daunan dan menangkap ikan di laut atau danau.
b. Manusia
masa ini telah mampu menyimpan makanan dan mengawetkannya; yaitu ketika mereka
mampu mengumpulkan makanan dalam jumlah cukup banyak.
11
c. Di
antara kelompok-kelompok manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat lanjut ada yang hidup di daerah pesisir.
d.
Makanan pokok mereka adalah kerang dan ikan di laut.
e. Di bekas
tempat tinggal mereka ditemukan tumpukan kulit kerang yang menggunung.
f. Pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, bercocok tanam mulai
dikerjakan namun masih amat sederhana dan dilakukan secara berpindah-pindah
atau berhuma.
2.
Dalam Bidang Sosial
Pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, kehidupan berburu masih
dilakukan secara berkelompok. Tiap kelompok merupakan keluarga kecil dengan
membagian kerja yang jelas. Kaum laki-laki bertugas melakukan perburuan. Kaum
wanita yang tidak banyak terlibat dalam kegiatan perburuan, lebih banyak
membudidayakan tanaman yang berada di sekitar gua-gua tempat tinggal mereka.
3.
Dalam Bidang Budaya
a.
Kemahiran membuat alat masih sederhana. Alat itu digunakan untuk berburu dan
meramu makanan. Alat bantu yang dihasilkan dari masa ini berciri palaeolitik
kemudian mesolitik.
12
b.
Kesenian masih terbatas pada seni lukis.
c. Corak
kepercayaan tampak dari lukisan dan penguburan. Corak kepercayaan baru terlihat
pada tingkat lanjut. Lukisan dinding gua mengungkapkan kepercayaan
B. Masa
Bercocok Tanam dan Beternak
Kehidupan
Sosial
Kehidupan
bercocok tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik bercocok tanam dengan
cara membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur maka mereka
akan berpindah ke tempat lain yang masih subur dan melakukan hal yang sama
seperti sebelumnya dengan cara bercocok tanam dan memelihara hewan-hewan jenis
tertentu. Jumlah anggota kelompoknya semakin besar sehingga membuat
kelompok-kelompok perkampungan, meskipun mereka masih sering berpindah-pindah
tempat tinggal. Mereka hidup bergotong royong, sehingga mereka saling
melengkapi, saling membantu, dan saling berinteraksi dalam upaya memenuhi
kebutuhan hidupnya.
13
Kehidupan
Budaya
Kebudayaan
semakin berkembang pesat, manusia telah dapat mengembangkan dirinya untuk
menciptakan kebudayaan yang lebih baik. Peninggalan kebudayaan manusia pada
masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari tanah
liat, batu maupun tulang
Hasil
kebudayaan pada masa bercocok tanam:
Beliung
Persegi, Kapak Lonjong, Mata panah, Gerabah, Perhiasan, Bangunan Megalitikum
seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, arca.
C. Masa
perundagian
Kehidupan Sosial
Jumlah
penduduk semakin bertambah. Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan
musim, mereka mulai dapat memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan
musim tanam dan musim panen.
14
Dalam
masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil
untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda
logam.
Pertanian
tetap menjadi usaha utama masyarakat. Pembagian kerja semakin komplek dimana
perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga berdagang di pasar.
Kehidupan
Budaya
Masyarakat
zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai
bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat
perundagian yang tinggi. Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat
alat-alat akibat perkembangan teknologi.
Pada
zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada
tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan timah.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih
tinggi. Terbukti masyarakatnya sudah mengenal teknologi peleburan dan
pencampuran logam.
Pada
zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi dimana
harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada
zaman ini telah lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat
benda-benada jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa
sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem
pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam.
15
Pada
zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang
semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut
tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam.
https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwjp8OSUiIDkAhWWXisKHfnFDTEQjRx6BAgBEAQ&url=https%3A%2F%2Fwww.berpendidikan.com%2F2017%2F05%2Fmasa-prasejarah-dan-praaksara-di.html&psig=AOvVaw2J3hCiEnndACRyurR-wJb1&ust=1565793142581428
2.4 Sistem
Kepercayaan Manusia Praaksara
a. Animisme
Anismisme adalah
percaya pada roh nenek moyang maupun roh-roh lain yang mempengaruhi kehidupan
mereka. Upaya yang dilakukan agar roh-roh tersebut tidak mengganggu adalah
dengan memberikan sesaji.
b.
Dinamisme
Dinamisme
adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang memiliki gaib.
16
Manusia
purba melakukanya dengan menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut, gua,
keris, azimat, dan patung.
c.
Totemisme
Totemisme
adalah percaya pada binatang yang dianggap suci dan memiliki kekuatan. Dalam
melakukan upacara ritual pemujaan manusia purba membutuhkan sarana, dengan
membangun bangunan dari batu yang dipahat dengan ukuran yang besar. Masa ini di
sebut sebagai kebudayaan Megalitikum (kebudayaan batu besar).
17
Bangunan
yang di buat pada masa megalitikum diantaranya.
a.
Menhir, adalah tiang atau tugu batu yang berfungsi sebagai prasasti dan
melambangkan kehormatan arwah nenek moyang.
b.
Dolmen, adalah meja batu untuk meletakkan sesaji.
18
c.
Peti Kubur Batu, adalah lempeng batu besar berbentuk kotak persegi panjang
berfungsi sebagai peti jenazah.
d.
Sarkofagus, adalah batu besar yang di pahat berbentuk mangkuk terdiri dari dua
keeping yang ditangkupkan menjadi satu. Berfungsi sebagai peti jenazah.
e.
Punden Berundak, adalah bangunan berupa batu susunan batu berundak seperti
candi. Digunakan untuk upacara pemujaan.
19
f.
Waruga, adalah peti kubur batu berukuran kecil, berbentuk kubus dan memiliki
tutup lempengan batu yang lebar.
d.
Shamanisme
Suatu
keyakinan terhadap kekuatan dukun, tukang sihir, atau ahli lain yang mampu
menggunakan kekuatan ghaib untuk mencapai tujuan bersama.
20
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, hidup manusia purba
jenis Meganthropus, Pithecanthropus, dan Homo yang hidup secara nomaden atau
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain mengikuti gerak binatang
buruan serta sumber air.
Masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut memiliki corak kehidupan sama dengan
masa sebelumnya, yaitu berburu dan mengumpulkan makanan dari alam. Bedanya
hanya dalam alat-alat dan keterampilan yang mereka miliki. Mereka bertempat
tinggal secara tidak tetap (semi-sedenter), terutama di gua-gua payung.
Pada
masa bercocok tanam manusia purba sudah mengenal kehidupan menetap (sedenter),
pembagian kerja, gotong royong, dan pembuatan gerabah sederhana. Penduduk
Nusantara hidup secara menetap di desa-desa dalam tata kehidupan yang makin
teratur dan terpimpin.
21
3.2 Saran
Kita
patut bersyukur karena telah diberikan kemudahan dalam beraktifitas dan
dicukupkan dalam segala kebutuhan oleh Tuhan.
Kita dapat mengambil banyak pelajaran dari kehidupan manusia purba pada
masa lampau dan mengambil sisi positif serta mengembangkannya menjadi lebih
baik. Sebagai manusia yang lebih maju tentu saja kita harus memiliki sikap dan
sifat yang lebih baik daripada manusia pada zaman purba, seperti lebih suka
dalam bergotong royong dan bekerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan,
tidak bersifat individualis atau egois.
22
No comments:
Post a Comment